berita kacanginka
– Sepak bola Sleman kembali menggetarkan, bersama kedatangan PSS kembali ke Stadion Maguwoharjo setelah hampir satu tahun menjelajahi luar negeri. Bahkan, dua jam sebelum pertandingan dimulai, daerah dalam jarak tiga kilometer dari stadion sudah ramai. Ribuan kendaraan merapat, spanduk hijau melintasi langit kotanya, serta para pendukung bermunculan sambil menyalakan api semangat mereka. Stadion yang biasa terbengkalai akhirnya bernyawa lagi, dipenuhi dengan riuh rendah sorakan dan lagu-lagu gairah.
Meskipun terdapat keramaian dan antusiasme yang menggema, masih ada secerika kesedihan yang tidak dapat dipungkiri. Kondisi Stadion Maguwoharjo setelah direnovasi malah menimbulkan pertanyaan penting: kemana larinya dana senilai Rp108 miliar yang dialokasikan untuk pembaruan tersebut?
Dari area tribun sampai jalanan sempit sekitarnya, berbagai komplain dari para penggemar bertebaran melalui media sosial, khususnya pada platform X. Perombakan yang diduga akan memberikan nuansa segar bagi Stadion Maguwoharjo justru nampak seperti ilusi optik. Banyak kesalahan baik dalam aspek teknikal maupun seni menjadi fokus perhatian masyarakat online.
Keluhan utama muncul dari adanya pagar atau tahor di bagian tengah tribun timur. Letaknya menghambat penglihatan para penonton. Sebaliknya dari tujuan untuk memberikan hiburan, sebagian besar orang malah kesulitan melihat pertandingan akibar fasilitas tersebut. Di samping itu, diketahui bahwa pintu toilet pada area ini telah rusak meskipun stadion baru-baru ini telah dibuka kembali secara resmi.
Di sudut selatan menuju barat, cat spiral tangga yang tampaknya terburu-buru dikerjakan kini sudah berlumut. Sementara itu, debu pasir dari paving masih mengepul dan menempel di sepatu para penonton. Area luar tribun juga masih menyisakan jejak-jejak proyek yang belum tuntas: mulai dari sampah sisa material bangunan hingga bekas adukan semen yang tercecer.
Kelompok pendukung menghadapi tantangan besar karena absennya sistem peredaran suara di area penonton. Hal ini menyebabkan mereka sulit mendengar pengumuman maupun lagu-lagu, sehingga merusak suasana laga sepak bola tersebut. Selain itu, kesan tidak terawat semakin memperparah kondisi dan menumpulkan harapan para pecinta olahraga.
Bukan cuma para penonton, bahkan wartawan juga ikut merengek soal situasi di tribun media. Tidak adanya meja untuk bekerja serta tidak adanya pembatas antara zona liputan dengan tempat duduk publik membuat suasana menjadi kurang nyaman bagi pekerjaan mereka. Sebagian permukaan lantai pun nampak retak, yang semakin memperlihatkan betapa cepatkah proses konstruksinya dilakukan.
Tempat beribadah atau musholla juga tidak lepas dari kritikan. Banyak orang menganggap bahwa area ibadah di dalam stadion tersebut kurang diperhatian dan terkesan asal-asalan dibuat. Padahal, hal itu sangat bertolak belakang dengan ukuran serta biaya pembangunan stadion ternama seperti Maguwoharjo.
Dalam kondisi terbatas itu, pertandingan pembuka setelah perombakan menampilkan duel ketat diantara PSS Sleman melawan Dewa United pada kelanjutan minggu ke-29 Liga 1. Ratusan penggemar datang penuh untuk mensupport Super Elja saat mereka kembali bermain di stadionnya sendiri. Walaupun akhirnya harus menerima kekalahan dari Dewa United dengan skor tipis 0-1 oleh Alexis Messidoro, nyali tim serta dukungan fans masih sangat hangat.
Jan Olde Riekerink, pelatih dari Dewa United, malah memberikan pujiannya terhadap suasana di stadion. Menurut dia, Maguwoharjo serta para pendukungnya merupakan faktor kunci dalam menghasilkan tekanan pada tim lawan.
Meskipun pujian untuk suasana tidak selalu dapat menghapus cacat pada fasilitas lapangan yang jelas, proyek perombakan yang bertujuan meningkatkan penampilan Maguwoharjo justru meninggalkan banyak pertanyaan tentang mutu dan kesopanan dalam pelaksanaannya.
Dengan sisa lima pertandingan di Liga 1, serta posisi PSS yang masih terletak di bagian bawah tabel klasemen, fokus saat ini tidak hanya tertumpu pada usaha tim dalam menghindari degradasi, melainkan juga pada langkah-langkah dari otoritas pemerintah dan manajemen stadion untuk cepat menyelesaikan pembangunan fasilitas ini—agar semangat pendukung tidak berbalik jadi kekecewaan yang amat sangat sebelum sempat mereda.