berita kacanginka
Chelsea memastikan tempat di babak semifinal UEFA Conference League, namun atmosfer di Stamford Bridge pada Jumat (18/4) malam itu tidak berbaur dengan nuansa kemenangan. Kerugian 1-2 atas Legia Warsaw menyebabkan sang juru taktik Enzo Maresca sulit untuk menjinakan kemarahannya. Hal ini bukan semata-mata disebabkan oleh skor pertandingan tersebut, melainkan juga akibat kesempatan-kesempatan jelas yang dilewatkan pemain-pemain serang timnya tanpa alasan yang wajar.
Sebenarnya, Chelsea menghadapi pertandingan kedua dengan unggul agregat 3-0 setelah penampilan dominan di Polandia minggu sebelumnya. Namun, ketika bermain di markas sendiri, The Blues justru tampak lemah. Alih-alih mencetak lebih banyak gol untuk memastikan tempat lanjutan, mereka malah dikalahkan oleh dua gol cepat dari sebuah tim yang secara teori memiliki kualitas jauh dibawah mereka.
Pada konferensi pers pasca-permainan, Maresca mengungkapkan ketidakpuasannya dengan cara timnya merampungkan laga tersebut. Dia menjelaskan, “Tim ini lagi-lagi gagal memanfaatkan beberapa kesempatan yang seharusnya mudah dieksekusi. Bahkan dalam lima menit awal, kita memiliki dua kans besar.” Demikian pernyataan sang juru taktik Italia seperti dilansir oleh Football London.
Yang semakin menyulitkan Maresca adalah bahwa satu-satunya pemain yang berhasil mencetak gol secara konsisten di pertandingan-pertandingan terakhir malah merupakan Marc Cucurella—bek sayap. “Anak itu yang paling banyak mencetak gol, meskipun tugas tersebut tidak seharusnya menjadi tanggung jawabnya,” keluh Maresca.
Walaupun berhasil melaju dengan skor agregat 4-2, sang pelatih yang berumur 44 tahun tersebut menggarisbawahi bahwa hasil ini tidak seharusnya menyembunyikan masalah serius dalam tim: ketajaman akhir yang kurang serta penurunan kepercayaan diri pada barisan depan.
Analisis Taktik & Statistik
Secara strategis, Maresca bertahan pada metode sepak bola berbasis penguasaan bola yang mirip dengan gaya Pep Guardiola. Pada pertandingan menghadapi Legia, Chelsea meraih 68% kontrol bola dan melakukan 15 percobaan tendangan, namun cuma empat di antaranya tepat sasaran (Whoscored). Ini menunjukkan adanya masalah signifikan dalam hal konversi kesempatan menjadi gol.
Nicholas Jackson, yang ditunjuk sebagai pemain ofensif utama, sekali lagi tidak berhasil memborong gol. Dia hanya menghasilkan satu tendangan ke gawang dari total tiga upaya. Di sisi lain, Cole Palmer yang umumnya kreatif, cenderung lebih banyak membantu dalam fase pembentukan serangan daripada menetap di daerah kotak penalty musuh.
Fokus utamanya adalah pada keputusan Maresca yang mengacak formasi tim dan menurunkan beberapa pemain cadangan dari awal pertandingan. Meskipun tujuannya adalah untuk tetap menjaga kondisi fisik para pemain kunci sebelum pertandingan besar di Liga Primer akhir minggu ini, namun hal tersebut malah menyebabkan gangguan dalam aliran permainan tim.
Maresca menyatakan bahwa pergantian pemain dan manajemen kondisi atlet merupakan aspek penting menjelang tahap akhir musim. Terlebih lagi, Chelsea saat ini tengah berjuang keras untuk memperoleh tempat di kompetisi Eropa musim depan. Mereka sekarang menempati urutan delapan tabel klasemen sementara, dengan Fulham yang mendekati dari belakang di posisi sembilan, berselisih hanya enam angka saja.
Chelsea akan bertemu dengan Fulham pada hari Minggu (20/4), dalam sebuah derbi yang mungkin menentukan nasib Mareska. Selanjutnya, tim ini akan bermain melawan Everton di kandang sendiri sebelum penerbangan ke Swedia untuk menghadapi Djurgården di babak semi-final Conference League pertama.
Secara teori, kesempatan Chelsea untuk sampai ke babak final cukup terbuka. Namun, apabila barisan penyerang masih tetap diabaikan, mungkin petualangan mereka akan berakhir lebih awal dari waktu yang direncanakan. Maresca telah mengeluarkan peringatan yang sangat serius: “Saya membutuhkan pemain depan yang dapat mencetak gol, tidak hanya bek sayap kiri yang secara tak terduga menjadi topskor.”