Ravi Institute, yang merupakan bagian resmi dari Researcher Academy Elsevier, akan mengadakan seminar web nasional dengan tema “Strategi untuk Publikasi di Jurnal Scopus” pada hari Kamis, tanggal 17 April 2025.
Acara tersebut disambut dengan semangat tinggi oleh staf pengajar dari STAI Idrisiyyah dan mendatangkan pembicara-pembicara profesional dari lembaga ternama.
Tiga pembicara utama yang disebutkan itu ialah Nurzanah Ma’rupa, M.M., Ph.D. dari Ravi Institute, Indonesia; Ulung Jantama Wisha, S.Kel., M.Sc., Ph.D. dari BRIN, Indonesia; serta Viqqi Kurnianda, Ph.D. berasal dari University of the Ryukyus di Jepang.
Mereka menjelaskan sejumlah pendekatan teknikal serta gaya penulisan untuk makalah ilmiah yang memiliki kesempatan besar disetujui oleh jurnal berkualitas, terutama Scopus, dengan sudut pandang para penyunting dan pemeriksa jurnal tersebut.
“Saatu melaksanakan penelitian dan pengumpulan data, terlarang keras untuk merusak atau mengubah metode serta hasilnya. Hal ini mencerminkan kejujuran seorang penulis,” tandas Nurzanah pada sesi paparan beliau.
Ulung juga menyoroti kebutuhan untuk memahami alur kerja editorial serta memiliki sikap yang baik ketika menerima perbaikan atau koreksi.
“Pengalaman bertemu dengan perbaikan atau bahkan penolakan tak dapat dicapai hanya dalam sehari. Hal ini memerlukan pola pikir yang optimis serta kerja keras untuk menyadari bahwa perubahan bukan berarti akhir dari semuanya,” katanya.
Bagian yang paling banyak menarik minat para peserta adalah penjelasan terperinci tentang bagaimana mengenali jurnal dan penerbit pemangsa, termasuk fenomena discontinued, hijacking, serta teknik cloning atau mirroring. Viqqi memberikan contoh nyata dari situasi di Indonesia dan membongkar beberapa kebenaran yang mengerikan.
“Sungguh disesalkan, lebih dari 58 ribu dosen Indonesia terseret ke dalam jurnal predator. Fenomena ini muncul karena kurangnya pengetahuan serta tekanan persyaratan administrasi bagi mereka yang ingin lulus atau mendapatkan promosi pangkat. Banyak pihak penerbit tidak bertanggung jawab mengambil kesempatan dari situasi tersebut,” ungkap Viqqi.
Dia juga menyertakan hasil pengamatan di lapangan, termasuk tawaran pemesanan slot hingga 100 artikel untuk jurnal SINTA 2 dengan tarif tertentu.
“Memang setiap individu memiliki hak untuk mengunggah sejumlah artikel yang mereka inginkan, namun pendekatan semacam itu merupakan bukti jelas dari praktek serampangan,” ungkapnya.
Viqqi juga menyebutkan bahwa ada beberapa penerbit lokal yang berbadan hukum sebagai CV yang memberikan janji-janji palsu seperti peninjauan instan dalam waktu tiga hari atau bahkan surat persetujuan (Letter of Acceptance/ LoA) yang diserahkan sebelum tulisan di-review.
“Mereka dapat memberikan surat penawaran penerimaan dalam waktu 5 hari bagi jurnal SINTA dan antara 1 sampai 2 bulan untuk jurnal Scopus sebab mereka merupakan pemilik atau berkolaborasi lewat jalur alternatif, tidak menggunakan prosedural standar,” katanya.
Dr. Ir. Irfan Budiono, M.M., ketua STAI Idrisiyyah, menunjukkan penghargaannya yang besar atas penyelenggaraan kegiatan tersebut. Dia mengatakan bahwa seminar web ini sangat bermanfaat bagi lembaganya untuk meningkatkan kompetensi para dosen dan menciptakan catatan publikasi yang dapat dipercaya serta bebas dari ancaman jurnal predator.
Webinar ini adalah bagian dari janji Ravi Institute bersama Researcher Academy Elsevier dalam mendukung lingkungan akademik yang berkualitas dan bertanggung jawab bagi para dosen serta peneliti di Indonesia.