berita kacanginka
Pernahkah kau merasa seolah menjadi pengamat dalam perayaan hidup orang lain? Semuanya kelihatan asyik menikmati diri mereka, sedangkan kau cenderung memilih untuk berdiam di tepi, hanya melihat dari jauh. Bila demikian, kau bukan satu-satunya yang begitu.
Sebagai seorang ibu tunggal yang cenderung tertutup dan telah menghadapi banyak tantangan di usia 40an, saya sangat memahami bagaimana perjuangan untuk bertahan dalam lingkungan yang kadang terlalu keras, bising, dan cepat. Saya sempat merasa menjadi orang diam berarti harus menerima gaya hidup yang lebih sederhana.
Namun, setelah bertahun-tahun mengejar kegaduhan dunia di luar sana, saya memahami satu hal mendasar: menjadi seorang introvert tidak berarti kita perlu meredam diri. Kami masih dapat menjalani hidup dengan penuh semangat tanpa harus meninggalkan jati diri kami.
Kuncinya adalah? Mempelajari cara untuk menghilangkan tujuh “peraturan tak tertulis” yang biasanya membatasi kita.
Seperti dilansir dari situs Geediting.com pada hari Sabtu, 19 April 2025, berikut beberapa prinsip hidup dan wawasan psikologis yang telah aku uji coba dan temukan efektivitasnya.
1. Hening Tidak Selalu Menandakan Lekas
Pada masa lalu, saya yakin bahwa menjadi pendiam dalam pertemuan bisnis menandakan kekurangan rasa percaya diri. Karena itu, saya berusaha bersikap lebih banyak bicara meskipun terkadang merasa letih dan tidak wajar.
Suatu hari, bos saya mengatakan, “Kamu sering kali mengekspresikan ide terbaikmu ketika sudah tidak sanggup lagi untuk merahasiakannya.” Pada titik itu, saya memahami bahwa kesunyian saya tak melulu merupakan kekurangan, tetapi sebenarnya adalah ekspresi dari pemikiran yang intensif.
Berikan aku waktu untuk menganalisis dan merenung. Ini tidak menjadi kelemahan, tetapi justru sebuah kemampuan yang kerap diabaikan. Oleh karena itu, tak perlu malu jika kau cenderung lebih banyak mendengarkan sebelum berbicara. Terkadang, gagasan sederhana yang tersimpan dalam pikiranmu dapat menjadi jawaban yang dicari oleh semua orang.
Psikologi menyebutkan: Orang introvert umumnya memiliki sensitivitas yang tinggi serta lapisan pemikiran yang mendalam. Tidak banyak bicara tidak selalu menunjukkan rasa takut, tetapi seringkali merupakan indikasi bahwa Anda tengah mempertimbangkan hal-hal dengan lebih teliti dibandingkan orang di sekitar Anda.
2. Hidup Sosialmu, Aturanmu
Pernah gak sih, kamu pernah merasa bersalah ketika pulang duluan dari suatu acara, atau enggan ikut serta dalam ajakan berkumpul? Saya pun demikian. Namun setelah itu saya menyadari bahwa hal tersebut tidak berarti saya menjadi orang yang anti-sosial. Hanya saja, saya memerlukan waktu istirahat dengan metode yang lain.
Carl Jung, seorang psikolog terkemuka, menjelaskan bahwa orang yang cenderung pendiam mendapatkan tenaga dari kebisuan mereka sendiri. Di sisi lain, individu yang lebih sosial memperoleh stamina dari lingkungan ramai.
Oleh karena itu, jangan membiarkan pihak lain menentukan kapan Anda boleh merasakan kebahagiaan. Jika Anda berencana untuk istirahat lebih cepat dan terbangun dengan semangat baru, silakan saja melakukan hal tersebut. Anda tidak bisa disebut egois. Sebaliknya, Anda cuma peduli pada diri sendiri.
3. Belum Tentu Setiap Hal Perlu Dijawab dengan “Iya”
Sekarang dulu saya sering kali berpikir untuk selalu mengatakan “iya” pada setiap orang – agar tampak dapat dipercaya, baik hati, dan… yah, “normal”.
Saya membantu menjual kudapan untuk sekolah, mengevaluasi pekerjaan teman sekelas, dan menerima proyek ekstra—meski saya sudah sangat lelah sebagai single parent.
Hingga akhirnya saya menyadari bahwa jika terus-menerus mengatakan “iya” untuk segala sesuatu, maka tidak akan ada tempat lagi bagi saya untuk berkata “iya” pada hal-hal yang sungguh-sungguh penting dalam hidup ini.
Mengucapkan “tidak” secara halus tidak berarti Anda buruk. Ini menunjukkan bahwa Anda menghormati energi Anda. Cobalah katakan, “Mohon maaf, saya tidak memiliki cukup waktu sekarang.” Halus namun tegas.
4. Waktu Istirahat Bukan Berarti Malas, Melainkan Investasi untuk Kehidupan
Saya pernah merasa bersalah ketika berdiam diri di kursi sambil membaca buku. Pikiran saya berkata, “Seharusnya kamu melakukan sesuatu yang lebih berguna!”
Namun setelah itu, saya membaca sebuah studi tentang “jaringan mode default”—bahagian otak yang menjadi aktif ketika kita sedang beristirahat, sekaligus merangsang kreativitas.
Dari situ, saya mulai dengan sengaja mengatur waktu untuk berdiam diri. Berjalan-jalan perorangan, mencatat diary, atau sekadar duduk di teras sambil meminum secangkir teh. Akhirnya? Saya menjadi lebih konsentrasi dan tidak gampang tersulut emosi ketika hari-harinya padat.
Perhatikan: beristirahat tidak menunjukkan kelemahan. Justru itu adalah dasar untuk menjaga keseimbangan mentalmu yang sehat dan membuatku semakin kokoh.
5. Tidak Perlu Berpura-pura Normal
Pernahkah kau merasa terpaksa menyembunyikan perasaan dan memaksa diri untuk suka akan kebisingan, tertawa bukan dari lubuk hati, atau berbicara hal-hal yang dangkal sementara di dalam dirimu ingin lari?
Saya mengalami hal yang sama. Namun, ketika saya berani tampil unik—mengemukakan pandangan yang tidak umum selama rapat kerja—Ikut merasakan hidup untuk kali pertama dalam diri saya.
Jangan ragu untuk menunjukkan sisi berbedamu. Malah di situlah kemanisan tersembunyimu.
Jika Anda selalu berusaha untuk bergaul dan diterima dengan cara mengubah diri sendiri, mungkin Anda akan kehilangan versi asli diri Anda yang sesungguhnya sangat dibutuhkan oleh dunia.
6. Anda Dapat Meminta Pertolongan
Orang introvert kerap dianggap “independen” atau “kokoh tanpa suara.” Namun terkadang hal ini menyebabkan kita merasa perlu menyelesaikan segalanya dengan pribadi saja.
Dulu saya juga seperti itu. Hingga suatu hari anak saya menanyakan sesuatu yang sebenarnya tak pernah saya ketahui. Barulah saya menyadari bahwa saya tidak mampu memikul beban dunia sendiri.
Ketika saya memulai percakapan dengan sahabat mengenai bebannya, perasaan lega seolah muncul. Mengutarakan isi hati tidak menunjukkan ketidakmampuan. Justru hal itu menjadi sarana untuk terhubung dan mendapatkan dukungan dari kekuatan oranglain.
7. Jangan Selalu Sendirian Saat Sedang Bertumbuh dan Berkembang
Sebagai seorang pemalu, saya ahli dalam memikirkan hal-hal yang mendalam. Saya dapat menyita waktu berjam-jam untuk membaca buku tentang pembangunan pribadi dan juga mencatat catatan di jurnal saya.
Namun, saya pun mengerti bahwa perkembangan yang signifikan terjadi ketika saya membagikan perjalanan saya bersama orang lain. Sebagai contoh, saat bergabung dalam komunitas penulisan daring dan menerima umpan balik. Itu bagaikan membuka jendela baru bagi saya.
Kau masih dapat berkembang dalam kesunyian, namun jangan ragu untuk membagikan dirimu. Terkadang, bantuan sederhana dari pihak lain bisa menjadi loncatan signifikan dalam perjalanan hidupmu.
Jadi seorang introvert bukanlah penghalang untuk menjalani hidup secara maksimal. Anda masih dapat menjadi pemberani, tampil percaya diri, serta bersentuhan dengan dunia tanpa harus meninggalkan identitas asli Anda.
Pelepaskan tujuh batasan tersebut, maka kau akan menemukan jalan untuk merasakan kehidupan dengan lebih intens. Lebih menyatu. Dan menjadi diri sendiri secara penuh.
Anda tak perlu merubah jati diri Anda. Namun, Anda dapat memutuskan untuk tumbuh, dengan satu langkah kecil tiap harinya.
Sebab dunia tak membutuhkan suara-suara yang semakin meninggi. Dunia justru menginginkan hadirnya individu-individu tenang namun bermakna. Sebagaimana dirimu.
Apabila Anda menggemari tulisan ini, mohon jangan lupakan membagikannya kepada para introvert yang dikenali. Bisa saja mereka tengah menanti-nantikan kesempatan untuk merasa semakin terhidupkan. ***