6 Hal yang Sering Diabaikan Orang Beremosi Dewasa, Menurut Ahli Psikologi


berita kacanginka

Saat individu meraih kedewasaan emosi, berbagai pergeseran paradigma muncul dalam kehidupannya. Mereka mulai lebih tenang, kurang impulsif, serta lebih damai saat menyongsong hambatan hidup.

Di bidang psikologi, ini diketahui sebagai fase dimana individu mulai sungguh-sungguh menyadari jati dirinya serta menentukan nilai-nilai utama dalam kehidupan. Tahapan inilah yang seringkali menjadi pertimbangan aspek-aspek tak terduga bagi mereka yang telah matang secara emosi.

Berikutnya, mari kita lihat apa sajakah yang biasanya tidak menjadi kekhawatiran bagi mereka yang telah berkembang secara emosional? Berdasarkan informasi dari Geediting pada hari Jumat (18/4), marilah kita uraikan satu persatu!


1. Kekeliruan dari Zaman Dahulu

Seseorang yang sudah matang secara emosi tidak membuang waktu untuk menyesali kekeliruan dari hari lampau. Mereka paham bahwa selalu membayangkan kembali kesalahan itu cuma akan membuat bobot batin tanpa alasan.

Di bidang psikologi, hal itu umumnya diidentifikasi sebagai indikator seseorang telah mencapai keterimaan terhadap diri mereka sendiri. Mereka mengerti bahwa kekeliruan merupakan elemen penting dalam proses pengambilan pelajaran.

Carl Jung pernah menyampaikan, “Saya bukan hasil dari apa yang dialami oleh diri saya; justru sebaliknya, saya ditentukan oleh keputusan-keputusan yang telah saya ambil.” Kalimat tersebut menunjukkan kedewasaan emosi dengan cara menerima pengalaman di belakang kita namun tetap tidak memperbolehkannya untuk menjadi pengecut dalam merancang nasib di waktu akan datang.


2. Opini Orang Lain

Salah satu aspek yang sering diabaikan oleh orang dewasa adalah kekhawatiran akan pendapat orang lain terhadap diri mereka. Mereka telah berhenti mengejar pengakuan dari lingkungan sekitar.

Dr. Wayne Dyer, seorang ahli dalam bidang psikologi, pernah menyatakan, “Bagaimana orang lain memandang saya tidak menjadi tanggung jawab saya.”

Untuk mereka, kehidupan yang sejati lebih berharga dari pada penampilan ideal di hadapan publik. Kesadaran emosi membantu mereka merasa puas dengan siapa dirinya tanpa harus meniru “orang lain” untuk mendapatkan pengakuan.


3. Kesempurnaan

Mengejar keperfeksian itu melelahkan. Seseorang yang telah matang secara emosi menyadari bahwa keadaan sempurna justru dapat membawa beban yang merugikan. Sebaliknya, mereka cenderung berusaha menjadi versi terbaik dari diri sendiri tanpa perlu menjangkau target yang tak masuk akal.

Carl Rogers, seorang ahli psikologi ternama, pernah menyampaikan, “Hidup yang berkualitas merupakan suatu proses, bukanlah status tertentu. Ini lebih kepada arah, daripada sekadar mencapai tujuan.”

Hal ini mengindikasikan bahwa kematangan emosi memacu individu untuk lebih berfokus pada proses daripada mencapai hasil akhir yang ideal.


4. Aspek-aspek yang Tidak Dapat Diatur

Tidak segala sesuatu dapat dikuasai, dan individu yang matang benar-benar menyadari ini. Mereka tak membuang tenaga untuk merombak perkara-perkara yang jelas-jelas berada di luar kekuatan mereka.

Dalam bidang psikologi, hal tersebut diidentifikasi sebagai salah satu bentuk penerimaan – yaitu suatu proses mental yang memungkinkan individu untuk merasa lebih tenang ketika menghadapi kondisi yang menantang.

Sebaliknya dari mencoba mengendalikan semua hal, mereka memutuskan untuk menata respon pribadi. Ini adalah wujud kesadaran emosi yang menjadikan mereka lebih damai dalam menyongsong hidup, termasuk saat situasi tak sejalan dengan ekspektasi.


5. Takut Akan Perubahan

Perubahan dapat menjadi amat menyeramkan, khususnya saat memaksakan seseorang untuk keluar dari comfort zone-nya. Akan tetapi bagi mereka yang sudah matang dalam hal emosi, perubahan tak lagi diartikan sebagai suatu tantangan. Justru sebaliknya, mereka melihat ini sebagai sebuah komponen penting dalam perkembangan diri.

Carl Jung, melalui tulisan-tulisannya tentang psikologi, menyampaikan pesan, “Konflik yang sangat kuat, apabila berhasil diselesaikan, akan menciptakan ketenangan batin yang sulit digoyahkan.” Dari sini, kita dapat menarik pelajaran bahwa dengan menerima pergantian zaman merupakan indikator dari kedewasaan emosi.

Mereka sadar bahwa kehidupan selalu berkembang, dan tiap pergantian menghadirkan pengalaman belajar yang baru. Alih-alih merasa cemas, mereka lebih memilih bersikap terbuka dan adaptif.


6. Norma Sosial yang Tak Relevant

Yang paling akhir, sesuatu yang kurang dipertimbangkan oleh individu dengan tingkat kematangan emosi yang baik adalah norma-norma masyarakat yang tak lagi berlaku dalam kehidupannya. Sebagai contoh, adanya desakan untuk melangsungkan pernikahan pada umur tertentu, memiliki karier “bertingkat”, atau tampak berhasil di platform-media sosial.

Kecerdasan emosi memungkinkan individu untuk tidak tersandera oleh standar kesuksesan yang ditetapkan orang lain. Mereka memiliki patokan kepuasan pribadi mereka masing-masing.

Meski wanita yang telah dewasa secara emosi menyadari bahwa kehidupan tidak melulu tentang mengejar harapan orang lain, tetapi lebih kepada merancang suatu hidup yang bermakna bagi diri mereka sendiri.

Berikut adalah keenam aspek yang sering kali tak menjadi kekhawatiran bagi individu yang telah matang secara emosional menurut perspektif ilmu psikologi. Meskipun demikian, mereka tidaklah sempurna; namun, mereka mengerti bagaimana caranya untuk menjalani hidup dengan kesadaran diri yang lebih baik, ketenangan pikiran, serta terbebas dari beban stres yang sebenarnya dapat dihindari.