18.222 Ha Rawais Sulsel Dipetakan Menjadi Lahan Pertanian


berita kacanginka

– Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan berencana mengubah area rawa menjadi persawahan.

Proyek peningkatan produktivitas tanah sedang berlangsung guna meningkatkan hasil padi Sulawesi Selatan.

Berdasarkan umum, tujuan optimalisasi tanah mencakup 74.560 hektar.

Lahan rawa tersebut mencakup area seluas 18.222 hektar. Sedangkan untuk lahan bukan rawa berukuran 56.338 hektar,” ungkap Plt Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPH-Bun) Sulawesi Selatan Uvan Nurwahidah pada hari Jumat, tanggal 18 April.

Area gambut yang mencapai luas 18.222 hektar direncanakan untuk diubah jadi lahan pertanian paddy. Menurut Uvan, proses perencanaannya saat ini tengah dipercepat.

Lahan rawanya itu harus cepat diubah jadi sawah untuk mulai melakukan periode tanam.

“Kita dorong percepatan, dan menantikan perencanaannya agar dapat dioptimalkan,” lanjutnya.

Pada tahun 2024 kemarin, Pinrang telah mengawali proses pengoptimalan lahan rawa.

Area sebanyak 500 hektar di wilayah Pinrang telah dikumpulkan panennanya pada bulan Juni tahun 2024.

Peningkatan penggunaan lahan rawa di Kabupaten Pinrang terdapat di Kecamatan Lanrisang, dengan luasan total mencapai 63,8 hektar.

Kecamatan Suppa memiliki luas area 22,7 hektar dan panjang konstruksinya mencapai 1.144 meter.

Kecamatan Mattiro Sompe, yang merupakan wilayah paling luas untuk aktivitas optimalisasi lahan gambut, memiliki area seluas 278,7 hektare.

Kecamatan Watang Sawitto yang memiliki luas area mencapai 93,7 hektar, dilengkapi dengan struktur bangunan berkelanjutan senilai 5,57 kilometer.

Uvan menyebutkan bahwa sasarannya terdapat peningkatan dalam hal indeks pertanaman, yaitu periode ratarata antara menanam dan memanen bagi para petani.

“Kabupaten tetap ingin menambah (sawah) karena berharap akan meningkatkan irigasi dari IP 1 menjadi IP 2, dan kemudian dari IP 2 ke IP 3,” ujar Uvan.

Diketahui bahwa luas Total Lahan Baku Sawah (LBS) di Sulawesi Selatan mencapai 660.638 hektar yang tertuang dalam Surat Keputusan (SK) dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Kantor Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN).

Bone mempunyai Luas Berdasarkan Satuan (LBS) yang paling besar yaitu sebesar 118.304 hektare, diikuti oleh Wajo dengan angka 101.435 hektare.

Kemudian, daerah penghasil beras terdiri dari Sidrap yang mencakup 51.389 hektare dan Pinrang dengan luas area 50.878 hektare.

Di sisi lain, area dengan jumlah lahan pertanian padi yang paling sedikit di Parepare adalah sekitar 753 hektare.

Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman, telah menetapkan target yang ambisius untuk produksi padi di provinsi tersebut.

Karena terdapat program pengoptimalan lahan yang tengah diterapkan.

Meski demikian, dalam upaya membantu produksi pertanian, Andi Sudirman akan menyebarkan bibit padi.

“Nantinya kita akan mendistribusikan sekitar 500 ton bibit baik pada bulan ini atau berikutnya dari provinsi,” ujar Andi Sudirman saat berada di Rujab Gubernur Sulsel.

Andi Sudirman mendorong agar indeks pertanian di Sulawesi Selatan naik menjadi level 3. Indeks pertanian ini mengacu pada ratarata durasi antara penanaman hingga pemanenan.


Produksi Padi Sulsel

Sulawesi Selatan terkenal sebagai area penghasil beras, dan berperan penting dalam mendukung ketahanan pangan di tingkat nasional.

Produksi padi di Sulawesi Selatan berhasil meningkat secara positif selama kuartal Januari hingga Maret tahun 2025.

Urea tanam yang dicapai di Sulawesi Selatan sebanyak 180.172 hektar. Angka tersebut belum mendekati total Lahan Baku Sawah (LBS) yang ada di Sulawesi Selatan.

Sebaran LBS di Sulsel telah ditentukan menurut Surat Keputusan Menteri ATR/BPN Nomor 144.1/SK-PG.03.03/V/2024.

Dalam surat perintah yang dikumpulkan oleh Tribun-Timur pada hari Jumat (18/4/2025), jumlah LBS di Sulawesi Selatan mencapai 660.638 hektar secara keseluruhan.

Bone memiliki Luas Berdasarkan Satuan (LBS) tertinggi yaitu 118.304 hektare, disusul oleh Wajo yang mencapai 101.435 hektare.

Kemudian daerah penghasil beras terdiri dari Sidrap yang mencakup 51.389 hektare dan Pinrang dengan luas area 50.878 hektare.

Di sisi lain, area dengan luasan lahan pertanian terkecil di Parepare adalah sekitar 753 hektare.

“Hasil panen tertinggi tercatat di Kabupaten Bone dengan luasan sebesar 36.633 ribu hektar,” jelas Plt Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPH-Bun) Sulawesi Selatan Uvan Nurwahidah dalam wawancara dengan berita kacanginka.

Dengan hasil panen yang luas itu, Bone berhasil menghasilkan sebanyak 174.394 ton gabah kering giling (GKG).

Berikutnya adalah Wajo yang memiliki area tanam seluas 33.859 hektare, sementara itu hasil produksi beras dalam kerangka gaplek (GKG) mencapai angka 161.850 ton.

Menyelesaikan tiga peringkat teratas adalah Sidrap yang memiliki luas area sebesar 24.024 hektare dan hasil produksi GKG mencapai 136.469 ton.

Produksi padi tetap akan meningkat lagi karena musim tanam terus berlanjut hingga bulan April tahun 2025.

Kabupaten penghasil padi seperti Bone, Wajo, dan Sidrap dipercaya masih akan menyumbang pada produksi beras.

Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman, telah menetapkan target yang ambisius untuk produksi padi di provinsi tersebut.

Karena terdapat program pengoptimalan lahan yang tengah berjalan. Tidak hanya itu, untuk memajukan produksi pertanian, Andi Sudirman akan menyebarkan bibit padi.

“Nantinya kami akan mendistribusikan sekitar 500 ton bibit pada bulan ini atau berikutnya,” jelas Andi Sudirman saat berada di Rujab Gubernur Sulsel.

Andi Sudirman menggerakkan indeks pertanian di Sulawesi Selatan naik hingga level 3. Indeks ini merujuk pada purata waktu yang dibutuhkan untuk menanam dan memanen.