Konsili Kesehatan: Overtime dan Perundungan dalam Pendidikan Spesialis Merisaukan Mental



berita kacanginka


,


Jakarta


– KKI mengingatkan adanya ancaman kekerasan struktural di dalam jaringan pendidikan nasional
dokter spesialis
Ketua KKI Arianti Anaya mengungkapkan bahwa timnya sudah mendapat umpan balik tentang tuntutan pekerjaan yang berlebihan serta adanya dugaan pengbully-an terhadap para residen di rumah sakit pendidikan.

Bila mereka telah mengawasi pada malam hari, keesukannya kembali menjaga di malam hari, berturut-turut selama dua hari.
enggak
“Tidur juga dapat mempengaruhi depresi serta kesehatan mental mereka,” ungkap Arianti saat berbicara dengan jurnalis di tempat kerjanya, Jakarta, pada hari Kamis, tanggal 17 April 2025.

Dia mengatakan bahwa laporannya sudah sampai ke Kementerian Kesehatan. Dia menjelaskan pihak pemerintahan saat ini sedang mempertimbangkan apakah situasi pekerjaan yang dialami oleh para residen termasuk sebagai bagian dari praktik bullying. “Kini, Kementerian Kesehatan melakukan hal itu untuk mencegah terjadinya kasus serupa,” katanya.

KKI, tambah Arianti, juga mendukung adanya_audit atas implementasi pembagian peran dalam proses pendidikan dokter. Menurut Arianti, tim mereka bersedia untuk mengawasi hal tersebut apabila diperlukan. “Untuk protokol operasional tentang pelaksanaannya, nantinya adalah Kementerian Kesehatan yang bertanggung jawab, namun KKI pasti akan memberikan bantuan, sebab kami memiliki kolegium,” jelasnya.

Arianti menyebutkan bahwa sampai sekarang belum ada laporan resmi dari para profesional di bidang kesehatan tentang masalah kesehatan jiwa yang disebabkan oleh tekanan pekerjaan. Meski demikian, KKI menekankan kepada rumah sakit agar harus memberi pelaporan apabila staf medisnya memperlihatkan gejala-gejala kelelahan ekstrem atau situasi yang mungkin membahayakan keselamatan pasien.

Tanggapan RKK ini timbul setelah beragam laporan mengenai tindak kekerasan dan peng exploitation di bidang pendidikan kedokteran semakin banyak terdengar, termasuk kasus yang terjadi di Universitas Padjadjaran. Apalagi, ada pelaporannya seorang dokter yang sedang menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) pada spesialiasi anestesi karena diduga menjadi korban pelecehan seksual dan akhirnya dia harus keluar dari program pendidikannya itu.

Di samping itu, para mahasiswa PPDS Unpad melaporkan merasakan keletihannya sangat parah serta stres mental disebabkan oleh jam kerja yang lama dan tanggung jawab di luar bidang medis yang tak sejalan dengan pedoman pendidikan klinik. Ada pula yang menceritakan bahwa mereka harus bekerja selama 48 jam berturut-turut tanpa istirahat untuk beristirahat.

Menghadapi situasi tersebut, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Unpad Rossie Hinduan mengumumkan bahwa pihaknya telah melakukan evaluasi bersama dengan Direktor RSHS Bandung. “Kami telah bertemu dengan para mahasiswa,” ungkapnya.
PPDS
“Kami bertanya kepada mereka tentang hambatan yang dihadapi,” ungkap Rossie kepadanya.
Tempo
ketika dikonfirmasi pada hari Kamis, 17 April 2025. Dia menegaskan bahwa para mahasiswa sekarang dapat mengajukan laporan secara langsung via surel yang telah disiapkan oleh Unpad.